Tak terlalu sulit untuk menemukan tempat wisata sejarah di Jakarta. Ada banyak tempat bersejarah yang bisa dikunjungi. Salah satu tempat yang melegenda di Jakarta adalah Kota Tua Jakarta. Kota Tua Jakarta juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia). Kota Tua Jakarta atau yang akrab disebut Kota Tua adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta yang memiliki luas 1,3 kilometer persegi yang melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat, mencakup daerah Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka.
Kota Tua Jakarta merupakan sebuah kawasan yang masih lekat dengan unsur sejarah dan budaya baik itu Belanda maupun Cina. Wilayah Kota Tua ini telah resmi dijadkan sebagai situs warisan oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1972. Peresmian Kota Tua sebagai situs budaya ini untuk menjaga arsitektur yang berada di dalam wilayah Kota Tua. Arsitektur bangunan yang berada di kawasan ini memang sangat melegenda dan kental dengan nuansa Belanda. Beberapa bangunan yang bisa dikunjungi saat berkunjung ke Kota Tua antara lain:
Museum Fatahillah disebut juga sebagai Museum Sejarah Jakarta. Museum dengan luas sekitar 1300 meter ini memiliki gaya bangunan neoklasik dengan tiga lantai di dalamnya. Museum ini dahulunya merupakan stadhuis atau tempat berkumpulnya kegiatan masyarakat seperti pasar atau pekan raya dan juga bekas Dewan Keadilan.
Museum wayang menyimpan berbagai koleksi wayang dari seluruh Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia.
Museum ini menyimpan koleksi yang berhubungan degan dunia perbankan. Berbagai macam koleksi yang terkait dengan aktivitas perbankan zaman dahulu dan perkembangannya tersimpan di museum ini. Koleksi yang dimiliki mulai dari perlengkapan operasional bank, surat berharga, mata uang kuno (numismatik), brankas, dan lain-lain. Selain itu, museum ini menyimpan alatkelengkapan perbankan tempo dulu seperti peti uang, mesin hitung uang mekanik, kalkulator, mesin pembukuan, mesin cetak, alat pres bendel, seal press, safe deposit box maupun aneka surat berharga seperti bilyet deposito, sertikat deposito, cek, obligasi, dan saham.
Museum ini menyajikan sejarah Bank Indonesia mulai dari informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada tahun 1953 serta kebijakan-kebijakan Bank Indonesia sampai tahun 2005. Selain itu disimpan pula koleksi uang numismatik yang dikemas secara menarik sejak zaman kerajaan di Indonesia.
Dikenal juga dengan Stasiun Beos, stasiun ini merupakan stasiun tujuan akhir atau dengan kata lain tidak memiliki kelanjutan jalur. Stasiun ini usianya telah cukup tua dan memiliki arsitektur yang kental dengan nuansa Belanda.
Museum ini terletak di Jalan Pos Kota No 2, tepatnya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah. Museum ini memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Tanah Air dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14, dan dari berbagai negara di dunia. Museum ini menyajikan koleksi dari hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun waktu 1800-an hingga saat sekarang. Selain keramik, museum ini juga memajang berbagai lukisan dari berbagai periode masa dan juga kreasi seni rupa kontemporer.
Pelabuhan Sunda Kelapa
Merupakan pelabuhan bersejarah di Indonesia. Pelabuhan Sunda Kelapa ini sempat mencapai kejayaan pada masa Fatahillah. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu. Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak perubahan yang dialami kawasan Kota Tua. Kawasan Kota Tua yang dulu telah berbeda dengan Kota Tua pada masa sekarag. Bahkan, ada beberapa bangunan yang telah dihancurkan oleh pemerintah provinsi dengan berbagai alasan. Bangunan-bangunan tersebut antara lain:
- Benteng Batavia
- Gerbang Amsterdam (lokasinya berada dipertigaan Jalan Cengkeh, Jalan Tongkol dan Jalan Nelayan Timur. Dihancurkan untuk memperlebar akses jalan)
- Jalur Trem Batavia (Jalur ini pernah ada di kota Batavia, tetapi sekarang sudah ditimbun dengan aspal. Karena Presiden Soekarno menganggap Trem Batavia yang membuat macet)
Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan di Kota Tua. Pengunjung yang datang tak hanya bisa menikmati sejarah serta arsitektur kota tempo dulu. Banyak penjual jasa yang menawarkan ‘suasana’ bak Jakarta tempo dulu dengan menyewakan sepeda ontel atau kostum menyerupai orang-orang Belanda seperti baju atau topi. Tak hanya itu, Kota Tua merupakan tempat yang bagus untuk berfoto, apalagi di malam hari. Tak jarang para pasangan yang sedang melakukan foto pre wedding memilih Kota Tua sebagai lokasi foto. Selain karena arsitektur bangunannya yang amat bersejarah, pemandangan Kota Tua di malam hari dengan lampu-lampu khas Belanda menambah suasana romantis Selain menjadi tempat wisata, kawasan Kota Tua juga sering menjadi tempat digelarnya berbagai festival budaya.
Namun, seiring perkembangan zaman kawasan Kota Tua nampaknya tak sepenuhnya terurus. Pemerintah provinsi nampaknya belum sepenuhnya mencurahkan perhatian terhadap pemeliharaan wilayah Kota Tua. Selain itu, kesadaran para wisatawan yang mengunjungi kawasan ini pun masih rendah. Akibatnya, selain banyak bangunan rusak di sana-sini, banyak pula sampah serta kotoran yang berserakan di kawasan Kota Tua. Ditambah lagi banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di area tersebut semakin membuat kawasan Kota Tua kumuh dan jauh dari kata layak sebagai tempat wisata. Hal inilah yang menjadi pekerjaan besar pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk menjaga ‘saksi-saksi’ sejarah Jakarta ini. Selain itu, masyarakat juga harus tumbuh kesadarannya menjadi masyarakat yang ramah lingkungan ketika mereka menjadi wisatawan khususnya ketika mengunjungi Kota Tua. Semua itu dilakukan agar bukti monumental sejarah tetap terpelihara dan menjadi wisata memorial bagi anak cucu kita di masa mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar